Kekuatan Diam

Garis alam telah memendam dendam, Jiwa terjajah dalam kolong hina bejuta wajah, Terhimpit atas kekal roda dadu yang terbakar resah, orang-orang berhimpitan melampirkan riwayat masa depan curam, mimpi terus berjalan atas kericuhan rimba alam, berlabuh menuju indahnya pulau yang berderet dipamflet-pamflet, koran dan internet, gendrang sudah tertabuh atas nama cinta, tangis, keluh, semangat, diatas do’a yang tercinta, kuterima isyarat nyata dengan hati bersimbah ricuh dunia yang semakin riuh, surga terkangkang didepan mata di sela teriknya asap metropoliutang, tak peduli faktor x terlentang, lelaki itu tetap tertendang mencicipi racikan alam atau kutukan cingur tercium terlampir-lampir menghadang,
ahhh…terulang lagi dan lagi bak film tua yang berputar menghipnotis diri untuk terus maju dan tertantang, mulut meringis, meskipun isak tangis tercium manis.
ahh…aku biarkan terbuka peti matiku terguyur hujan, tiada aku toleh peti mati itu sebelum alam menghanyutkan aku padanya, aku ikuti arah mata dunia, tiada aku sanggup durhaka, terhujam derita pula jika aku durjana,
tapi, aku hanya tertidur kawan, jangan kau anggap mati bara api tanpa nafas dalam hati, aku hanya diam saat ini, aku tidak bicara hanya menulis kata dalam sepi lagi, tiada peduli meski kau tiada menyambut tanganku kawan, lelaki itu akan tetap berlari dalam mimpi semu, meski getir jiwa tiada berbuih sesuap nasi, meski jilatan kilat merobek malam, pria itu akan tetap melangkah memenuhi citanya, suatu saat dunia durjana ini pasti lelah, dunia konyol ini pasti terbahak lirih hiiiihiii... Kunantikan saat itu, kucamkan kalimatku tajam2 dalam ranum jiwaku yang terdalam,
oooohhhh…kawan, cinta hanya impian,,sadar yang kau kejar sudah ada didepan batang kucurmu..lihatlah aku kawan, kita masih berperang, pria berambut pirang dengan mainan berasapnya masih bergemuruh dilabirin telinga kita.hhhaaa…tak masalah aku membawa bambu bunting, toh meskipun runcing aku tetap kalah, lebih baik buntung tapi terhasil jutaan generasi penerus bangsa.
 lubuk hatiku menghitung denting kekalahan tanda q masih manusia. Jangan kau malu melihat diriku yang hina daripada anjing, masih ada harpan bagiku meraih cintaNya, namun selalu aku doakan engkau selalu disisiNya. Aku tiada menyesali diri sendiri terlahir seperti ini. Semoga aku berkeluh haya pada sang kuasa, aku gengsi jika menerima belas asihmu, kawan, namun tiada sungkan jika aku menjilat sol sepatumu. Jangan kau hina jika aku ini hina dari yang terhina, jangan kau tanyakan kenapa aku memilih jalan ini. Tetap jika kau memaksa tanyalah pada dia yang tiada berasih asih jika menerjang mimpiku, dia hanya menyulam mempersiapkan masa depan ku, dia hanya tertunduk pilu menerjemahkan puisi kehidupan yang dia kenyam dimasa kelam. Dia bergumam dalam khayalan semu. Sesal jika aku toleh diriku dalam cermin air matanya, nadiku lemah tiada berhasrat seperti mereka yang berjuang dalam impotensi dunia. Diri ku sangat mudah lelah, ludahku tercemar nanah, beribu salah hanya merekah dalam perah keringat. HAHAAA….Puas kau kawan,, kebahagiaannya adalah kebahagiaanku, jangan kau lagi berasumsi hina atas langkahku, aku tiada tuli, aku tiada buta, meskipun aku tuli dan buta, aku tetap manusia yang berasa. Biarkan aku terpejam dalam diam, usaha dan kata sudah banyak menggeliat sangat cepat, kau dan hidupmu tiada punya waktu mengharap padaku, akan butuh bertahun usia dunia jika engkau menugguku, namun cinta adalah harta yang begitu berharhga, oleh karena itu, pergilah kawan, jangan kau menoleh meskipun aku mengglinjang, menggeliat, merobek luka malam yang semakin malam , sudah aku coba tancapkan berjuta bara dalam hati dan ingatanku, namun seperti yang kau tahu, aku tak kunjung mati, dan aku tak kunjung berhenti berdo'a untukmu, semoga Dia mengiba demi aku yang hina karena berlinang dosa.

Oleh :Ahmad Iklil Saifulloh

December 19, 2010, disadur dalam novel The Hidden Force

0 comments: